Tidak ada produk di keranjang.
MENGENAL TENUN PRINGGASELA LEBIH DEKAT

Jika Anda menyukai produksi tenunan tradisional, jangan lupa datang ke Desa Pringgasela Kabupaten Lombok Timur. Disana adalah pusat kerajinan tenun tradisional Indonesia yang berasal dari Nusa Tenggara Barat dan telah ditetapkan oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada tahun 2018 dengan domain budaya Kemahiran dan Kerajinan Tradisional.
Tenun tradisional gedogan Lombok sudah ada cukup lama, seiring dengan keberadaaan Desa Pringgasela sudah ada sejak sekitar tahun 1522. Berawal dari sebuah huma (bebalik) yang dibuat di atas tumpkan batu. Oleh penduduk sekitar dinamakan “Bebalik Batu Prigi”, yang akhirnya menjadi sebuah dusun yang disebut “Dusun Prigi”.
Dusun Prigi berada di bawah kekuasaan Kerajaan Selaparang, dan Sebagian besar penduduk Dusun Prigi berasal dari Keturunan Selaparang. Oleh karena itu Dusun Prigi akhirnya diberi nama “Pringgasela”. “Pringga” mempunyai arti generasi / raga / keturunan. Sedangkan “Sela” diambil dari Selaparang. Sehingga “Pringgasela” berarti generasi atau keturunan Selaparang.
Salah satu mata pencaharian penduduk Dusun Pringgasela adalah menenun, yang mayoritas dilakukan oleh kaum perempuan. Kain tenun ini banyak digunakan dalam kegiatan social ataupun keagamaan. Tenun Pringgasela diajarkan secara turun menurun dan masih bertahan sampai saat ini.
Tenun Pringgasela yang diajarkan secara turun temurun hingga masih bertahan sampai saat ini pertama kali diperkenalkan oleh Lebae Nursini, seorang tokoh agam Islam yang datang dari Sulawesi untuk menyebarkan agama Islam di Desa Pringgasela. Lebae Nursini mengajarkan agama Islam kepada penduduk Pringgasela, cara bertani dan menenun. Tenun yang dihasilkan disebut “Tenun Pringgasela”. Hingga akhirnya tenun merasuk dalam budaya Pringgasela. Dulu, sebelum menikah seorang perempuan dipastikan harus bisa menenun.